Sekolah Muhammadiyah Terancam Gulung Tikar, Loh Kok Bisa?
Ilustrasi Gedung Sekolah | Foto: Unsplash/Jess Yuwono
VAZNEWS.COM - Beberapa sekolah tingkat PAUD dan SD yang berada di bawah naungan Muhammadiyah terpaksa harus gulung tikar akibat kekurangan murid. Bahkan, beberapa di antaranya memilih untuk regrouping agar tetap bisa melanjutkan aktivitas pendidikan.
Fenomena ini semakin memprihatinkan, mengingat sebelumnya mendirikan sekolah menjadi kebanggaan setiap pimpinan cabang Muhammadiyah.
Masalah Kekurangan Murid di Sekolah Muhammadiyah
Ketua Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) Gunawan Budiyanto, dalam acara penyaluran zakat institusi di Yogyakarta pada Sabtu (28/12/2024), menyatakan bahwa kondisi ini terjadi karena semakin berkurangnya jumlah murid di sekolah-sekolah Muhammadiyah, khususnya di daerah terpencil.
"Padahal dulu setiap pimpinan cabang Muhammadiyah pasti punya TK dan SD, ya karena mendirikan sekolah itu kebanggaan, tapi sekarang banyak sekolah Muhammadiyah yang kering muridnya," ungkap Budiyanto.
Kondisi sosial dan ekonomi yang berkembang menjadi salah satu penyebab utama. Banyak orang tua yang tidak menganggap pendidikan sebagai investasi, sehingga sekolah-sekolah tersebut tidak lagi dimanfaatkan dan dibiarkan terbengkalai. Terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau, sekolah-sekolah Muhammadiyah menghadapi tantangan besar dalam menarik siswa.
Solusi Melalui Zakat Institusi
Untuk mengatasi masalah ini, kampus-kampus yang berada di bawah Muhammadiyah, seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mulai berperan aktif dalam memanfaatkan zakat institusi yang tepat sasaran. Zakat ini diarahkan untuk membantu amal usaha Muhammadiyah yang terhambat, termasuk sekolah-sekolah yang kekurangan murid.
UMY, misalnya, pada tahun 2024 menyalurkan zakat institusi kepada 93 Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), masjid/musholla, dan organisasi otonom Muhammadiyah yang tersebar di wilayah DIY. Zakat yang disalurkan berjumlah total Rp 1.282.500.000, yang digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana bagi sekolah-sekolah tersebut.
Pemanfaatan Zakat untuk Perbaikan Infrastruktur
Gunawan Budiyanto juga menegaskan bahwa zakat yang disalurkan digunakan untuk berbagai kebutuhan, salah satunya adalah rehabilitasi pasca-bencana. Misalnya, di Kulon Progo, zakat digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang rusak akibat longsor dan bencana alam lainnya.
“Mereka yang mengajukan zakat untuk disurvei kebutuhannya,” ujar Budiyanto.
Zakat ini diharapkan dapat membantu memperbaiki fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang membutuhkan, sehingga sekolah-sekolah Muhammadiyah tetap bisa beroperasi meski di tengah keterbatasan jumlah murid. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan di lingkungan sekitar mereka.
Meski begitu, tantangan untuk mempertahankan keberadaan sekolah-sekolah Muhammadiyah masih besar. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam mendukung pendidikan, khususnya di daerah-daerah yang kurang berkembang. Sekolah-sekolah Muhammadiyah, dengan segala keterbatasannya, tetap berusaha memberikan kontribusi bagi pendidikan bangsa.
Gunawan Budiyanto berharap, dengan adanya penyaluran zakat yang lebih tepat sasaran, sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat tetap bertahan dan terus berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah yang ingin meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia, baik di kota maupun di daerah terpencil.
Kesimpulan
Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di bawah naungan Amal Usaha Muhammadiyah menghadapi masalah serius berupa kekurangan murid, khususnya di daerah-daerah terpencil. Namun, dengan adanya zakat institusi yang disalurkan oleh kampus-kampus Muhammadiyah, seperti yang dilakukan oleh UMY, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ini.
Penggunaan zakat untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi langkah konkret untuk menjaga keberlangsungan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang sedang mengalami kesulitan. Dengan upaya bersama, diharapkan pendidikan tetap bisa menjadi pilar kemajuan masyarakat, meski dengan tantangan yang ada.
Source: suarajogja