Korea Selatan di Ambang Krisis: Darurat Militer Memicu Gelombang Protes
VAZNEWS.COM - Pengumuman darurat militer oleh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Selasa malam mengguncang negara yang dikenal sebagai salah satu demokrasi terkuat di Asia.
Pidato mengejutkan yang disampaikan di depan layar biru tanpa lipatan ini mengklaim bahwa keputusan tersebut diambil untuk melindungi negara dari kekuatan "anti-negara" yang dikaitkan dengan Korea Utara. Namun, kebijakan ini memicu respons keras dari warga dan politisi oposisi.
Tidak lama setelah pengumuman, ribuan pengunjuk rasa memenuhi jalanan di depan Majelis Nasional di Seoul. Polisi dan militer dikerahkan untuk menjaga keamanan, tetapi kehadiran mereka justru memperbesar kemarahan massa.Demonstrasi dengan cepat berubah menjadi simbol perlawanan terhadap langkah yang dianggap otoriter.
Hwang, salah satu pengunjuk rasa, menyatakan tekadnya untuk hadir di lokasi sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan Presiden Yoon.
"Penting bagi saya untuk berada di sini untuk menunjukkan bahwa kami menentang apa yang coba dilakukan Yoon," ujarnya.
Dalam waktu kurang dari enam jam, tekanan dari parlemen dan aksi protes memaksa Presiden Yoon menarik kembali pengumuman tersebut. Meski demikian, gejolak ini meninggalkan luka mendalam di tengah masyarakat yang kini mempertanyakan stabilitas politik negara.
Pengamat internasional mencatat, peristiwa ini mengingatkan kembali pada era otoritarianisme yang dialami Korea Selatan sebelum transisi ke demokrasi pada tahun 1987.
Juye Hong, seorang mahasiswa universitas, menggambarkan situasi ini sebagai "langkah yang tidak pernah saya duga akan terjadi di abad ke-21 di Korea Selatan."