Megawati Dinilai Meniru Pola SBY untuk Mencari Simpati Publik
Foto: Ricardo/JPNN.com
VAZNEWS.COM - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dinilai sedang menggunakan strategi politik yang mirip dengan cara Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni menciptakan narasi seolah-olah dirinya dan partainya sedang terzalimi.
Hal ini disampaikan oleh komunikolog politik dan hukum nasional, Tamil Selvan atau yang akrab disapa Kang Tamil.
Pernyataan ini muncul setelah Megawati menyebut bahwa dirinya dimusuhi oleh semua orang. Kang Tamil menilai bahwa pernyataan tersebut sengaja disampaikan di ruang publik untuk mendapatkan perhatian masyarakat.
“Saya kira ungkapan itu hanya demi exposure masyarakat ketika disampaikan di ruang publik, jadi secara politik ini bagian dari menarik simpati masyarakat bahwa seolah PDIP ini sedang terzalimi," ujarnya, mengutip dari laman RMOL, Minggu, 15 Desember 2024.
Menurut Kang Tamil, strategi seperti ini sebenarnya sah-sah saja dalam dunia politik. Namun, publik juga dapat melihatnya sebagai pola yang digunakan oleh PDIP untuk membangun narasi sebagai oposisi.
“Jadi saya kira ini bagian strategi politik saja, dan kira-kira Bu Mega mulai mencontoh cara-cara Pak SBY yang lebih dulu menggunakan pola exposure di ruang publik," tambahnya.
Akademisi dari Universitas Dian Nusantara tersebut juga menyoroti bahwa dalam politik, tidak ada partai yang benar-benar bersahabat. Semua hubungan politik, menurutnya, didasarkan pada kesamaan kepentingan. Ketika kepentingan itu tidak lagi sejalan, perpecahan merupakan hal yang wajar.
Pernyataan Megawati yang mengindikasikan bahwa PDIP dimusuhi dinilai sebagai bagian dari upaya membangun citra partai yang sedang diserang oleh berbagai pihak. Langkah ini diyakini bertujuan untuk memperkuat basis dukungan partai dalam menghadapi situasi politik ke depan, terutama dengan posisi PDIP yang kini berada di luar pemerintahan.
Lebih lanjut, Kang Tamil menegaskan bahwa pola yang sama pernah digunakan oleh SBY selama masa pemerintahannya. SBY kerap membangun narasi terzalimi untuk menarik simpati publik di tengah kritik yang diarahkan kepadanya. Hal ini dinilai efektif dalam menjaga dukungan politik dan memperkuat posisinya di masyarakat.
Meski demikian, kritik terhadap strategi ini juga muncul. Beberapa pihak menilai bahwa narasi terzalimi hanya merupakan taktik untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu yang lebih substantif.
Langkah Megawati ini menandai dinamika politik yang terus berkembang, di mana strategi komunikasi memainkan peran penting dalam memengaruhi persepsi masyarakat. Bagaimana respon publik terhadap langkah ini akan menentukan seberapa efektif strategi tersebut dalam jangka panjang.