HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Rupiah Tertekan Dan Diperkirakan Terus Melemah, Apa Sebabnya?

Foto: Solopos/Burhan Aris Nugraha

VAZNEWS.COM
- Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS hingga menyentuh level Rp 16.008 pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2024). Pelemahan ini terjadi seiring penguatan dolar AS di tengah ketidakpastian rencana jangka panjang suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pasar global mulai kehilangan keyakinan terhadap kebijakan jangka panjang The Fed. “Pasar menjadi semakin tidak yakin atas rencana jangka panjangnya untuk suku bunga,” ujarnya.

The Fed diperkirakan akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga pada tahun 2025, setelah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin sepanjang 2024.

Penguatan dolar AS juga didorong oleh ekspektasi kebijakan ekspansif di bawah Presiden terpilih Donald Trump. Kebijakan ini diprediksi akan menjaga suku bunga tetap tinggi dalam jangka panjang, sehingga semakin menekan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain itu, investor juga fokus pada langkah-langkah yang diumumkan oleh China dalam Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC). Meski ada janji untuk meningkatkan defisit anggaran dan melonggarkan kebijakan moneter, kebijakan ini dianggap tidak cukup untuk melawan tekanan deflasi yang sedang dialami oleh ekonomi China.

Tekanan terhadap rupiah juga diperburuk oleh rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia menjadi 12% pada 2025.

Ibrahim menyebutkan bahwa kebijakan ini dapat meningkatkan inflasi serta mengurangi daya beli masyarakat. “Dampak serupa terjadi pada 2022 ketika PPN naik menjadi 11%,” katanya.

Dari sisi global, keputusan kebijakan moneter dari bank sentral Jepang dan Inggris minggu depan akan menjadi fokus investor. Langkah-langkah yang diambil oleh kedua negara tersebut berpotensi memengaruhi sentimen pasar secara signifikan.

Dengan berbagai faktor yang membebani rupiah, analis memperkirakan volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa minggu mendatang. Tantangan ini memerlukan perhatian serius dari para pemangku kebijakan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Source: investor.id

Posting Komentar